oleh
Budi Mulyana, S.IP., M.Si
Pengantar
“Demokrasi kini telah menjadi suatu ideologi politik yang paling luas pengikutnya, termasuk di negeri-negeri Islam. Demokrasi dipercayai mereka sebagai suatu ideologi yang terbaik. Satu-satunya yang dapat menghantarkan kepada tatanan masyarakat yang egalitarian, adil dan sejahtera. Kepercayaan terhadap sistem demokrasi semakin menjadi-jadi setelah kebangkrutan sistem totaliter-komunis di bekas Uni Soviet dan Eropa Timur. Diyakini, demokrasilah alternatif tunggal sebagai penggantinya (Yusanto: 1998: 101).
Walaupun demikian, sebenarnya demokrasi itu tidak menjanjikan apapun, sebagaimana yang disebut dalam buku “Apakah Demokrasi Itu?” yang disebarluaskan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di cover halaman belakang ditulis bahwa “Demokrasi sendiri tidak menjamin apa-apa. Sebaliknya dia menawarkan kesempatan untuk berhasil serta resiko kegagalan.”
Memang perbincangan soal demokrasi selalu menarik dan mengundang kontroversi. Diskusi tentang demokrasi sering tidak membuahkan satu kesimpulan yang padu. Menurut Madjid, demokrasi itu sendiri adalah sesuatu yang terus dinamis, terus berkembang secara dialektik. Suatu tingkat demokrasi selalu mengalami kritik. Sebagai sebuah konsep kehidupan –utamanya politik–, menurut Budiardjo, demokrasi saat ini muncul dalam berbagai bentuk dan nama. Ada demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi Pancasila, demokrasi Soviet (dulu), demokrasi rakyat, demokrasi nasional, demokrasi konstitusionil, dan sebagainya.
Semua aspek kehidupan lain kemudian ikut pula membumbui dengan kata-kata “demokrasi”. Muncullah slogan demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan, demokrasi sosial, keluarga demokratis, demokrasi sastra, SDM demokratis, demokratisasi pertanian dll. Luar biasa memang sihir demokrasi! Bagi sebagian besar masyarakat (tidak luput pula di negeri-negeri Islam), demokrasi adalah puncak kebaikan dan bentuk masyarakat ideal. Tiap kebobrokan dan hasil kerusakan struktural pada elit penguasa dengan mudah distempel dengan “akibat macetnya saluran demokrasi”.
Lanjutkan membaca “MEMAHAMI HAKIKAT DEMOKRASI” →